riau24

logo riau24
Informasi Anda Genggam

Revitalisasi Kawasan Jam Gadang Tuntas, Peresmiannya Kamis Pekan Ini

TIM Archive
Senin, 17 Desember 2018 | 15:51 WIB
Ujicoba setelah renovasi kawasan Jam Gadang di Bukittinggi, belum lama ini. Foto: int Ujicoba setelah renovasi kawasan Jam Gadang di Bukittinggi, belum lama ini. Foto: int
Riau24.com - BUKITTINGGI- Setelah ditutup untuk renovasi beberapa waktu lalu, masyarakat sudah bisa mengunjungi kawasan Jam Gadang di Bukittinggi. Bila tidak ada aral melintang, kawasan wisata itu akan dibuka kembali secara resmi pada Kamis 20 Desember 2018 mendatang.


Menurut Walikota Bukitinggi, Ramlan Nurmatias dalam akun instagramnya yang diposting, Senin 17 Desember 2018, ada beberapa renovasi di kawasan itu, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pengunjung terkini. Sehingga diharapkan pengunjung akan lebih merasa nyaman saat berkunjung ke kawasan kebanggaan masyarakat Kota Bukitinggi tersebut.

Beberapa fasilitas yang ditambah antara lain penambahan fasilitas air mancur dan lampu berwarna-warni dan bisa menari-nari. Ujicoba coba telah dilakukan pada Jumat 14 Desember 2018 kemarin.

"Proses revitalisasi kawasan Jam Gadang itu sebenarnya belum selesai sepenuhnya, karena ada beberapa bagian yang masih dalam proses pengerjaan," ujarnya, dilansir dari instagram Kabarminang, Senin 17 Desember 2018.

Rencananya kawasan taman Revitalisasi Jam Gadang ini akan dibuka dan diresmikan pada hari Kamis, 20 Desember 2018. Seperti dilansir akun faceofminangkabau menyebutkan bahwa anggaran yang dihabiskan Pemko Bukittinggi untuk pembangunan itu adalah sebesar Rp25 miliar.

Revitalisasi area Jam Gadang memperlihatkan tiga spot pertunjukan seni budaya. Mulai dari adanya taman mewah, parkir kendaraan sepeda motor dan mobil. Serta, air mancur warna-warni dan kawasan pendestrian bagi pejalan kaki.

Jam Gadang di Bukitinggi memiliki sejarah yang panjang. Hal itu pula yang membuat kawasan ini masih bertahan menjadi destinasi wisata favorit di Bumi Minangkabau.

Ukuran dasar bangunan Jam Gadang yaitu 6,5 x 6,5 meter, ditambah dengan ukuran dasar tangga selebar 4 meter, sehingga ukuran dasar bangunan keseluruhan 6,5 x 10,5 meter.

Pada bagian dalam menara jam setinggi 36 meter ini terdiri dari beberapa tingkat, dengan tingkat teratas merupakan tempat penyimpanan bandul. Bandul tersebut sempat patah hingga harus diganti akibat gempa pada tahun 2007.

Ada terdapat 4 jam dengan diameter masing-masing 80 cm pada Jam Gadang. Jam tersebut didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda melalui pelabuhan Teluk Bayur dan digerakkan secara mekanik oleh mesin yang hanya dibuat 2 unit di dunia, yaitu Jam Gadang itu sendiri dan BigBen di London, Inggris.

Mesin jam dan permukaan jam terletak pada satu tingkat di bawah tingkat paling atas. Pada bagian lonceng tertera pabrik pembuat jam yaitu Vortmann Relinghausen.

Vortman adalah nama belakang pembuat jam, Benhard Vortmann, sedangkan Recklinghausen adalah nama kota di Jerman yang merupakan tempat diproduksinya mesin jam pada tahun 1892.

Melihat bentuk bangunannya, Jam Gadang dibangun tanpa menggunakan besi penyangga dan adukan semen. Campurannya hanya dari kapur dan pasir. Selesai pembangunan pada tahun 1926 yang merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, sekretaris atau controleur Fort de Kock pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Arsitektur menara jam ini dirancang oleh Jazid Radjo Mangkuto, sedangkan peletakan batu pertama dilakukan oleh putra pertama Rook Maker yang pada saat itu masih berusia 6 tahun.

Biaya yang telah digelontorkan untuk pembangunan pada saat itu adalah sebesar 3.000 gulden.

Berbagai renovasi terus dilakukan sejak didirikan, mulai dari bentuk tampilan bagian atasnya. Menara bagian atas mengalami tiga kali perubahan bagian atapnya.

Pada awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atap pada Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. Kemudian pada masa pendudukan Jepang diubah menjadi bentuk pagoda. Dan perubahan terakhir setelah Indonesia merdeka, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau, Rumah Gadang.

Renovasi terakhir yang dilakukan pada Jam Gadang adalah pada tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Renovasi tersebut diresmikan tepat pada ulang tahun kota Bukittinggi yang ke-262 pada tanggal 22 Desember 2010. ***

R24/nof



Penulis TIM Archive
INDEX BERITA

Terpopuler